Tawakkal itu pada Allah, bukan pada jimat. Silakan baca Khutbah Jumat kali ini.
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Amma ba’du
Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …
Allah Ta’ala memerintah untuk bertakwa dengan sebenar-benarnya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)
Segala puji bagi Allah tempat setiap makhluk bertawakkal. Pada Allah-lah kita bergantung, menggantungkan segala urusan.
Tawakkal inilah contoh dari dua Nabi khalilullah, yang menjadi kekasih Allah yaitu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saat menghadapi kesulitan yang berat mereka membaca “hasbunallah wa ni’mal wakiil”.
Kata sahabat Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa “hasbunallah wa ni’mal wakiil” adalah perkataan Nabi ‘Ibrahim ‘alaihis salaam ketika beliau ingin dilempar di api. Sedangkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kalimat tersebut dalam ayat,
إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. (QS. Ali Imran: 173).”(HR. Bukhari, no. 4563)
Kata para ulama, maksud ‘hasbunallah‘ adalah Allah-lah yang mencukupi urusan mereka dan ‘ni’mal wakiil’ adalah Allah-lah sebaik-baik tempat bersandar segala urusan hamba dan yang mendatangkan maslahat.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada para sahabat dan istri-istri beliau yang tercinta serta pada setiap pengikut beliau yang mengikuti beliau dengan baik hingga akhir zaman. Merekalah yang telah memberikan kita contoh bagaimanakah beragama dengan baik dan bagaimanakah bertawakkal yang benar pada Allah.
Dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim, dari Abu Bashir Al-Anshori radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di sebagian safar beliau. Beliau ketika itu mengutus seorang utusan untuk memerintahkan,
أَنْ لاَ يَبْقَيَنَّ فِى رَقَبَةِ بَعِيرٍ قِلاَدَةٌ مِنْ وَتَرٍ أَوْ قِلاَدَةٌ إِلاَّ قُطِعَتْ
“Jangan sampai dibiarkan di leher unta masih terdapat kalung (dari tali busur) atau kalung pada leher unta melainkan itu dipotong.” (HR. Bukhari, no. 3005 dan Muslim, no. 2115)
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
“Sesungguhnya mantera-mantera, jimat-jimat dan pelet adalah syirik.” (HR. Abu Daud, no. 3883, Ibnu Majah, no. 3530 dan Ahmad 1: 381. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Hakim dan Adz-Dzahabi).
Kata Syaikh Muhammad At-Tamimi dalam Kitab At-Tauhid, tamimah adalah sesuatu yang dipakai oleh anak-anak untuk mencegah ‘ain (sawan atau pandangan hasad dari orang yang mudah hasad). Sebagian ulama -kata Syaikh At-Tamimi rahimahullah- memberikan keringanan untuk tamimah dari Al-Qur’an. Sebagian ulama tidak memberikan keringanan untuk hal ini. Seperti sahabat Ibnu Mas’ud tetap melarang tamimah yang berasal dari Al-Qur’an. Tamimah inilah yang biasa kita kenal dengan jimat.
Adapun ruqo yang disebut dalam hadits disebut juga ‘azaim yang dimaksud adalah ruqyah. Yang terlarang yaitu berupa mantera-mantera dukun. Sedangkan jika ruqyah itu selamat dari kesyirikan, maka masih dibolehkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih membolehkan ruqyah yang selamat dari syirik tadi, ruqyah tersebut masih boleh digunakan untuk mengatasai ‘ain dan humah.
Tiwalah adalah sesuatu yang dibuat yang diyakini bisa membuat istri sangat cinta pada suami atau suami sangat cinta pada istri. Yang ada di tengah-tengah kita dikenal dengan pelet.
Dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Ukaim radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ
“Barangsiapa menggantungkan hati pada sesuatu, urusannya akan diserahkan padanya.” (HR. Tirmidzi, no. 2072 dan Ahmad 4: 310. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ruwaifi’, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan padanya,
يَا رُوَيْفِعُ لَعَلَّ الْحَيَاةَ سَتَطُولُ بِكَ بَعْدِى فَأَخْبِرِ النَّاسَ أَنَّهُ مَنْ عَقَدَ لِحْيَتَهُ أَوْ تَقَلَّدَ وَتَرًا أَوِ اسْتَنْجَى بِرَجِيعِ دَابَّةٍ أَوْ عَظْمٍ فَإِنَّ مُحَمَّدًا -صلى الله عليه وسلم- مِنْهُ بَرِىءٌ
“Wahai Ruwaifi’, semoga umurmu panjang sepeninggalku. Katakanlah pada orang-orang bahwa siapa saja yang mengikat jenggotnya (dalam rangka sombong atau untuk mempercantik diri, pen-) atau memakai kalung atau beristinja’ dengan kotoran hewan atau dengan tulang, maka Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- benar-benar berlepas diri darinya (dari pelaku dan perbuatannya).” (HR. Abu Daud, no. 36; An-Nasa’i, no. 5067; Ahmad, 4: 108. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari Sa’id bin Jubair, ia berkata, “Siapa yang memotong jimat pada seseorang, maka ia seperti membebaskan seorang budak.” (Atsar dari Waki’ bin Al-Jarrah Ar-Ruasi)
Dari Ibrahim bin Yazid An-Nakha’i, ia mengatakan, “Murid-murid Ibnu Mas’ud tidaklah menyukai jimat dari Al-Qur’an maupun dari selain Al-Qur’an.” (Atsar shahih dari Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya)
Ada beberapa faedah penting dari hadits-hadits dan riwayat di atas,
- Ancaman yang keras bagi orang yang memakai jimat.
- Pahala bagi orang yang memotong jimat dari yang lainnya.
- Amannya tidak memakai jimat meskipun dari Al-Qur’an.
- Memakai jimat tanda kurangnya tawakkal pada Allah.
Para jama’ah shalat jumat rahimani wa rahimakumullah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Amma ba’du
Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …
Di antara faedah kita bertawakkal pada Allah dengan meninggalkan berbagai jimat, pelet, rajah dan berbagai pelindung dan anti kebal adalah:
Pertama, mendapatkan jaminan masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. Sebagaimana disebutkan sifat mereka dalam hadits adalah,
هُمْ الَّذِينَ لَا يَتَطَيَّرُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Mereka itu tidak melakukan thiyaroh (beranggapan sial), tidak meminta untuk diruqyah, dan tidak menggunakan kay (pengobatan dengan besi panas), dan hanya kepada Rabb merekalah, mereka bertawakkal.” (HR. Bukhari, no. 5752)
Kedua, Allah akan beri kecukupan.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)
Ketiga, Allah menyukai orang yang bertawakkal.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imron: 159)
Demikian khutbah kami untuk Jumat kali ini. Semoga kita menjadi orang yang benar-benar bertawakkal dan menggantungkan setiap urusan pada Allah.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنِّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
اللَّهُمَّ إنِّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
—
Naskah Khutbah Masjid Adz-Dzikro Ngampel, Warak, Girisekar, Panggang, Gunungkidul
Jum’at Pon, 25 Jumadats Tsaniyyah 1438 H (24 Maret 2017)
Download Naskah:
Khutbah Jumat: Tawakkal pada Allah, Bukan pada Jimat
—
Diselesaikan di waktu Dhuha, @ DS Panggang, 25 Jumadats Tsaniyyah 1438 H
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Follow Us : Facebook Muhammad Abduh Tuasikal (bisa ikuti kajian LIVE via Facebook)
Fans Page Facebook Rumasyho | Twitter @RumayshoCom | Instagram @RumayshoCom | Channel Telegram @RumayshoCom | Channel Telegram @TanyaRumayshoCom | Channel Youtube Rumaysho TV
Biar membuka Rumaysho.Com mudah, downloadlah aplikasi Rumaysho.Com lewat Play Store di sini.